Semuanya dimulai waktu aku kelas 5 SD. Aku menonton Simple Life, reality show yang menampilkan Paris Hilton dan Nicole Richie bekerja di nudist club. Dari situ saya berandai-andai bagaimana rasanya benar-benar telanjang di depan orang banyak. Rasa angin yang berhembus di setiap inci kulitmu juga rasa kikuk saat bagian pribadimu tidak lagi terasa eksklusif.
Kemudian aku belajar arsitektur. Mataku dengan mudahnya terpusat pada detail dan ruang. Kamar mandi bukan lagi sebuah ruang basah di kepalaku. Ia bisa menjadi ruang untuk mengeksplorasi isi pikiran atau bahkan tubuhmu. Area air dengan banyak jenisnya; toilet, lavatory, kamar mandi, en suite, dll. Beberapa didesain ukuran kecil bagai memenuhi daftar keharusan, sebagian didesain sangat luas seperti ruang bermain dengan beberapa zonanya. Mulai dari kamar mandi tanpa langit-langit, dinding kaca, bahkan tanpa pembatas apapun.
Apakah sebenarnya ada kerinduan untuk manusia kembali bertelanjang seperti waktu debut awal di dunia ini? Rasa penasaran itu timbul tenggelam. Bagaimana rasanya bertelanjang di tempat umum?
--
Kemudian aku berkesempatan pergi ke Osaka, Jepang. "Onsen!" ajakku pada teman seperjalananku, Z yang berpikiran sama. Pengalaman pertama yang harus dicoba. Di sela-sela agenda yang padat, kami mencoba pergi ke sebuah onsen di Pelabuhan Uno. Sayangnya kami terlambat sepuluh menit menuju waktu tutup sehingga rencana gagal. Tak kenal menyerah, kami agendakan lagi pergi ke onsen saat di Osaka. Waktu itu sudah jam 10 malam. Kami mencari bermodalkan pencarian google. Kami menemukan beberapa yang terdekat. Ada satu yang kami kunjungi namun ternyata khusus pria. Terbuka untuk wanita hanya di hari Rabu, sayangnya itu hari Jumat. Kemudian kami mencari lagi meski jauh dengan jarak satu stasiun kereta bawah tanah. Yang mana saat itu kami menaiki kereta terakhir menuju lokasi sento. Sento, karena bukan onsen yang airnya dari mata air langsung yang tapi berupa pemandian umum.
Akhirnya kami sampai di Sento Tateba (ヘルシー温泉タテバ). Kami disambut loker alas kaki dan sebuah vending machine. Tiket masuk, sewa handuk, dan tiket sauna semuanya seharga ¥1100.
Sesudah membeli tiket, kami naik ke atas, menukarkan tiket kepada penjaga yang ramah dengan tiga set handuk (kuning kecil untuk wajah atau kepala, oranye besar untuk alas, dan biru besar untuk badan). Setelah itu, kami langsung masuk ke area mandi khusus wanita. Lucu sekali karena saya pikir kami akan masuk ke area loker dahulu sebelum benar-benar memulai pengalaman bertelanjang. Ternyata saat masuk, saya langsung melihat wanita tanpa busana di depan loker. Badan saya langsung refleks kembali ke arah pintu karena kaget. Saya dan Z tertawa karena pengalaman baru ini membuat kaget. Tentu kegiatan ini harus tetap berlanjut. saya masuk dengan berusaha tenang dan menjaga pandangan mata. Konon, memandang badan orang lain saat di pemandian umum adalah hal tabu (ya iyalah!).
Saya dan Z mulai menanggalkan baju kami. Agak canggung tapi kami sambil menahan tawa satu sama lain membuat perjanjian.
"Jangan judge stretch mark aku ya, kak" kata Z.
"Jangan judge jerawat punggung aku juga ya hahaha" balasku.
Iya, aku insecure dengan jerawat punggungku. Di antara foto-foto baju backless dan punggung mulus, tentu aku kepikiran dengan bagian belakangku yang susah diraih ini.
Bersih di awal
Setelah yakin menanggalkan semua baju, kami mulai masuk dan mencari tempat kosong untuk mandi. Mandi sambil duduk menghadap kaca. Diam-diam aku memperhatikan sekitar. Semua tampak fokus pada dirinya sendiri. Tentu aku berharap semua fokus pada diri sendiri termasuk diriku. Semenit... dua menit... lima menit... sepuluh menit... rasa badan tanpa seutas benang ini rasanya mulai biasa saja. Ketika berdiri untuk mulai berendam, rasa canggung masih ada tapi... semua orang berlaku seperti tidak ada yang aneh. Tak beda layaknya saat berpakaian lengkap.
Kami mulai berpetualang dari kolam ke kolam. Dari berendam di kolam hangat dan nyaman, kolam dingin yang membuat kulitku seperti ditusuk ribuan jarum, dan dilanjut perasaan seperti menguap di sauna. Rasanya.... nyaman. Aku rasa kalau dibiarkan, aku mau dua hari sekali ke sauna di tengah deadline yang menghantui. Rasa rileks ingin segera sampai di atas kasur dan terlelap.
またね!